Pasar Pakan Ternak Global: Drama Piring Makan Hewan yang Bikin Geleng-Geleng Kepala!
Pasar Pakan Ternak Global: Drama Piring Makan Hewan yang Bikin Geleng-Geleng Kepala!

Siapa bilang dunia persilatan hanya diisi oleh pendekar tampan dan jurus maut? Ternyata, di balik kandang dan kolam, ada drama tak kalah seru yang melibatkan “jagoan” bernama Global Animal Feed Market. Ya, pasar pakan ternak global! Bayangkan, ini bukan sekadar urusan nasi aking atau remah-remah, tapi bisnis bernilai ratusan miliar Dolar Amerika Serikat (AS)! Menurut beberapa sumber, nilai pasar ini sudah mencapai angka yang fantastis, bahkan diprediksi akan terus “menggemuk” hingga mencapai $700 miliar lebih dalam beberapa tahun ke depan. Gila, ini makanan ternak, bukan berlian!
Sajian Utama: Siapa yang Paling Rakus?
Kalau di meja makan manusia ada raja daging, di sini ada raja pakan. Dan juara bertahan kita adalah pakan untuk unggas (ayam, bebek, dkk). Segmentasi unggas seringkali memegang porsi terbesar (di atas 40% menurut data 2024), seolah-olah semua ayam di dunia ini sedang mengadakan pesta makan besar tanpa henti.
Kenapa unggas sebegitu dominan? Jawabannya sederhana: daging unggas dan telur itu relatif lebih terjangkau, menjadikannya sumber protein pilihan di banyak negara, terutama di Asia-Pasifik dan Amerika Latin. Jadi, selama kita masih suka makan ayam geprek dan telur dadar, bisnis pakan unggas akan tetap moncer bak influencer baru di TikTok. Wilayah Asia Pasifik sendiri digadang-gadang sebagai pasar terbesar yang paling lapar, mencerminkan populasi yang besar dan selera makan yang terus meningkat.
Bumbu-Bumbu Penyedap: Apa yang Bikin Harga Naik Turun?
Pasar ini layaknya masakan yang bumbunya tidak pernah stabil. Ada saja drama bahan baku! Misalnya, harga kedelai dan jagung—dua bintang utama dalam resep pakan—sangat sensitif. Kenaikan harga pakan bisa mencapai 70% dari total biaya budidaya, membuat para peternak seringkali mengelus dada.
Faktor yang memengaruhi?
- Geopolitik Global: Perang di suatu tempat bisa mengganggu rantai pasokan biji-bijian, seolah-olah ada preman yang memblokir jalan logistik.
- Iklim dan Cuaca: Fenomena seperti El Nino bisa membuat panen jagung lokal mundur, memaksa negara-negara impor untuk “gigit jari” atau bayar lebih mahal.
- Nilai Tukar Rupiah: Rupiah yang melemah membuat bahan baku impor (sekitar 30-35% dari formulasi pakan di Indonesia) terasa mencekik. Peternak kita pun harus berpikir keras, haruskah ayam-ayam ini dikasih makan pakai daun singkong saja?
Menu Diet Baru: Inovasi Pakan yang Bikin Sehat (dan Ramah Lingkungan)
Di tengah kegalauan harga dan isu lingkungan, muncullah bintang-bintang baru di panggung Global Animal Feed Market. Namanya inovasi pakan berkelanjutan.
- Protein Alternatif: Sekarang, bukan cuma manusia yang diet plant-based. Pakan juga mulai mencari alternatif dari serangga (seperti larva Black Soldier Fly atau maggot), alga, atau protein nabati lainnya. Konon, maggot ini kaya nutrisi dan ramah lingkungan—seperti superfood versi ternak.
- Aditif Canggih: Ada suplemen seperti asam amino, probiotik, dan enzim untuk meningkatkan kesehatan usus (biar ternak tidak gampang sakit) dan efisiensi pakan (biar sedikit pakan hasilnya maksimal). Ini ibarat suplemen fitness untuk para sapi dan ayam, yang tujuannya tentu saja menghasilkan protein hewani yang aman dan berkualitas tinggi.
Intinya, Global Animal Feed Market ini adalah pasar yang sangat dinamis, penuh tantangan, tapi juga kesempatan. Selama populasi https://katiesbeautybar.com/ dunia terus bertambah dan selera makan daging/protein hewani tidak surut, bisnis “nasi” untuk hewan ini akan terus berputar. Jadi, mari kita saksikan, drama piring makan global ini masih panjang episode-nya!
